ETOS KERJA
Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak
dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja
sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja
dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan
kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman
seseorang. Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat kerjanya juga tidak
rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal spiritual
tetapi juga program aksi.
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Islam
selain diperintahkan untuk beribadah Allah memerintahkan untuk bekerja
(berusaha).
Bekerja merupakan melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan, selain mencari
rezeki namun juga cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih pekerjaan yang
baik dan halal, karena tidak semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT.
Di dalam Al-Qur’an dan Hadist sudah jelas tentang
pekerjaan yang baik dan bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang
diridhai Allah SWT. Hal ini sangat penting sekali dibahas, karena semua orang
dunia ini pasti membutuhkan makanan, sandang maupun papan. Disini pasti manusia
berlomba-lomba atau memenuhi kebutuhannya tersebut dengan bekerja untuk
mendapatkan yang diinginkan sehingga kita juga harus tahu, bahwa semua yang
kita dapatkan semuanya dari Allah SWT dan itu semua hanya titipan Allah SWT
semata. Sebagai umatnya diwajibkan mengembangkannya dengan baik dan hati-hati.
Untuk itu Hadist tentang Etos Kerja ini
sangat diperlukan demi kelangsungan umat sehari-hari.
Islam sangat menekankan kemandirian bagi
pengikutnya. Seorang muslim harus mampu hidup dari hasil keringatnya sendiri,
tidak bergantung pada orang lain. Hal ini diantaranya tercermin dalah
hadist berikut :
عن أبي عبد الله الزبير بن العوام رضي الله عنه قال: قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يأخذ أحدكم أحبله ثم يأتي الجبل، فيأتي بحزمةٍ من
حطبٍ على ظهره فيبيعها، فيكف الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس،أعطوه أو منعوه.
رواه البخاري.
Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a.,
katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscayalah jikalau seseorang dari
engkau semua itu mengambil tali-talinya – untuk mengikat – lalu ia datang di
gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan
kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian
itu Allah menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam
itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang,
baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari).
Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan seandainya
kiamat sudah dekat dan kita yakin tidak akan pernah menikmati hasil dari
pekerjaan kita, kita tetap diperintahkan untuk bekerja sebagai wujud
penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari hadist
berikut :
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال
: ” إن قامت الساعة و في يد أحدكم فسيلة , فإن استطاع أن لا تقوم حتى يغرسها فليغرسها
”
Dari Anas RA, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Jika
hari kiamat terjadi, sedang di tanganmu terdapat bibit tanaman, jika ia bisa
duduk hingga dapat menanamnya, maka tanamlah “ (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits ini mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW
memerintahkan tentang tiga hal, yaitu :
1. menguatkan
keimanan
2. rakuslah untuk
berbuat yang bermanfaat
3. mohon
pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau melarang berbuat dua hal, yaitu
:
a. lemah
b. menyesali apa
yang telah menimpa diri dari sesuatu yang tidak disukai, sehingga mengatakan :
“ Seandainya aku lakukan begitu, tak akan terjadi begini.”
Dalam hadits dinyatakan :وَفىِ
كُلِّ خَيْرٍ maksudnya
bahwa keimanan yang kuat pada diri seseorang akan menciptakan kebaikan dalam
segala hal. Sebab dari iman yang sempurna (benar dan kuat) akan mendorong
seseorang berbuat yang baik, yang sudah tentu akan berakibat yang baik bagi
kehidupannnya. Oleh sebab itu al-Khuli dalam mensyarahkan hadis ini berpendapat
bahwa iman itu menjadi pengawal kebahagiaan di dunia dan di akhirat, bila
diikuti dengan perbuatan baik (amal saleh). Di dalam al-Qur’an Allah berfirman
:
مِنْ عَمَلٍ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ
اَوْ اُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنُ فَلْنَحِيْيَنَهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيْنُهُمْ
اَجْرَهُمْ بِأَحْسَنٍ مَا كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ )سُوْرَةُ اْلنَحْلِ : 97 )
“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S
an-Nahl : 97).
Komentar
Posting Komentar